Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi adalah Revolusi industri abad
18 di Inggris kemudian Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan
kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor
produksi.
Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara
perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka
panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan
penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin
mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
a. Kemampuan teknologi dan inovasi
b. pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi
dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti
baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan
mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh
tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang
menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e. Ciri industrialisasi yaitu cara
pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan
dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA
yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax
holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang
mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan
Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun
terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat
hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry
manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya
dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya
kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di
Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya
termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan
Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi
dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Permasalahan Dalam Industri Manufaktur
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara
berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di
Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang
industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya
mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2
kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.
Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
a. Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan
alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari
total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total
nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi
d. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai
produk unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat
persaingan ketat
f. Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional
Indonesia mengalami penurunan daya saing
2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
Strategi Pembangunan Sektor Industri
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya
perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya
terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam
negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk
luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan
teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin
singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam
melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan
yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam
setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma baru yang
harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi
negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan
industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan
mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus
strategi pembangunan industri pada masa depan adalah membangun daya saing
sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat
proses industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan
globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi perkembangan
di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional memerlukan arahan dan
kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan, kemana dan
seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah,
issue, serta tantangan di atas, Departemen Perindustrian telah menyusun
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah disepakati oleh berbagai
pihak terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan melalui Konsep
Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai
dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah
(2005-2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk
pengembangan industri terkait dan industri penunjang.
Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
- Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi
pada pasar domestic
- Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat
barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang
pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini
adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup
tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam
negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja
lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
• Industry
manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
• Ekspor
manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
• Kebijakan
proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
• Teknologi yang
digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
• Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
• Tidak ada
diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
• Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
• Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa
sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi
perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar